JALAN KEBAHAGIAAN Part 3


PENGETAHUAN TENTANG DUNIA


Dunia  ini  adalah  sebuah  panggung  atau  pasar  yang  disinggahi  oleh  para musafir di tengah perjalannya ke tempat lain. Di sinilah mereka membekali diri dengan  berbagai perbekalan  untuk perjalanan  itu.  Jelasnya,  di  sini manusia dengan  menggunakan  indera-indera  jasmaniahnya,  memperoleh  sejumlah pengetahuan  tentang  karya-karya  Allah  serta, melalui  karya-karya  tersebut, tentang  Allah  sendiri.  Suatu  pandangan  tentang-Nya  akan  menentukan kebahagiaan  masa depannya.  Untuk  memperoleh  pengetahuan  inilah  ruh manusia  diturunkan  ke  alam  air  dan  lempung  ini.  Selama  indera-inderanya masih  tinggal  bersamanya,  dikatakan  bahwa  ia  berada  di  "alam  ini".  Jika kesemuanya  itu  pergi  dan  hanya  sifat-sifat  esensinya  saja  yang  tinggal, dikatakan ia telah pergi ke "alam lain".
Sementara  manusia  berada  di  dunia  ini  ada  dua  hal  yang  perlu  baginya. Pertama,  perlindungan dan pemeliharaan jiwanya; kedua, perawatan dan pemeliharaan jasadnya. Pemeliharaan yang tepat atas jiwanya, sebagaimana ditunjukkan di atas, adalah pengetahuan dan cinta akan Tuhan. Terserap ke dalam kecintaan akan segala sesuatu selain  Allah  berarti  keruntuhan  jiwa. Jasad bisa dikatakan sebagai sekadar hewan  tunggangan  jiwa dan musnah, sementara  jiwa  terus abadi. Jiwa mesti merawat badan persis sebagaimana seorang peziarah, dalam perjalanannya ke Makkah, merawat ontanya. Tetapi jika  sang  peziarah  menghabiskan  waktunya  untuk  memberi  makan  dan menghiasi  ontanya,  kafilah  pun  akan meninggalkannya  dan  ia  akan mati  di padang pasir.

Kebutuhan-kebutuhan  jasmaniah manusia  itu sederhana  saja,  hanya  terdiri dari  tiga  hal;  makanan, pakaian dan  tempat  tinggal. Tetapi nafsu-nafsu jasmaniah yang tertanam di dalam dirinya dan keinginan untuk memenuhinya cenderung untuk memberontak melawan nalar yang lebih belakangan tumbuh dari nafsu-nafsu  itu.  Sesuai  dengan  itu,  sebagaimana  kita  lihat  di  atas, mereka perlu dikekang dan dikendalikan dengan hukum-hukum Allah yang disebarkan oleh para Nabi.

Sedangkan  mengenai  dunia  yang  mesti  kita  garap,  kita  dapati  ia terkelompokkan dalam  tiga bagian, hewan,  tetumbuhan dan barang  tambah. Produk-produk  dari  ketiganya  terus-menerus  dibutuhkan  oleh  manusia  dan telah  mengembangkan  tiga  pekerjaan  besar;  pekerjaan  para  penenun, pembangun  dan  pekerja  logam.  Sekali  lagi,  semuanya  itu memiliki  banyak cabang  yang  lebih  rendah  seperti  penjahit,  tukang  batu  dan  tukang  besi. Tidak  ada  daripadanya  yang  bisa  sama  sekali  bebas  dari  yang  lain. Hal  ini menimbulkan  berbagai  macam  hubungan  perdagangan  dan  seringkali mengakibatkan  kebencian,  iri  hari,  cemburu  dan  lain-lain  penyakit  jiwa. Karenanya  timbullah  pertengkaran  dan  perselisihan,  kebutuhan  akan pemerintahan politik dan sipil serta ilmu hukum.
Demikianlah, pekerjaan-pekerjaan dan bisnis-bisnis di dunia ini telah menjadi semakin  rumit  dan  menimbulkan  kekacauan.  Sebab  utamanya  adalah manusia  telah  lupa  bahwa  kebutuhan-kebutuhan mereka  sebenarnya hanya tiga; pakaian, makanan dan  tempat  tinggal, dan bahwa kesemuanya  itu ada hanya  demi  menjadikan  jasad  sebagai  kendaraan  yang  layak  bagi  jiwa  di dalam perjalanannya menuju dunia berikutnya. Mereka  terjerumus ke dalam kesalahan  yang  sama  sebagaimana  sang  peziarah  menuju  Makkah  yang, karena melupakan  tujuan ziarah dan dirinya sendiri,  terpaksa menghabiskan seluruh waktunya untuk memberi makan dan menghiasi ontanya. Seseorang pasti  akan  terpikat  dan  terseibukkan  oleh  dunia  -  yang  oleh  Rasulullah dikatakan  sebagai  tukang  sihir  yang  lebih  kuat  daripada Harut  dan Marut  kecuali jika orang tersebut menyelenggarakan pengawasan yang paling ketat.
Watak  penipu  dari  dunia  ini  bisa  mengambil  berbagai  bentuk.  Pertama,  ia berpura-pura  seakan-akan  bakal  selalu  tinggal  dengan  anda,  sementara nyatanya  ia  pelan-pelan  menyingkir  dari  anda  dan  menyampaikan  salam perpisahan,  sebagaimana  suatu  bayangan  yang  tampaknya  tetap,  tetapi kenyatannya  selalu  bergerak. Demikian  pula,  dunia menampilkan  dirinya  di balik  kedok  nenek  sihir  yang  berseri-seri  tetapi  tak  bermoral,  berpura-pura mencintai  anda, menyayangi  anda  dan  kemudian membelot  kepada musuh anda, meninggalkan anda mati merana  karena  rasa  kecewa dan putus asa. Isa  a.s. melihat  dunia  terungkapkan  dalam  bentuk  seorang wanita  tua  yang buruk  muka.  Ia  bertanya  kepada  wanita  itu,  berapa  banyak  suami  yang dipunyainya,  dan  mendapat  jawaban,  jumlahnya  tak  terhitung.  Ia  bertanya lagi,  telah  matikah  mereka  ataukah  diceraikan.  Kata  si  wanita,  ia  telah memenggal  mereka  semua.  "Saya  heran",  kata  Isa  a.s.,  "atas  kepandiran orang yang melihat apa  yang telah kamu kerjakan kepada orang  lain,  tetapi masih  tetap menginginimu." Wanita sihir  ini mematut dirinya dengan pakaian indah-indah dan penuh permata, menutupi mukanya dnegan cadar, kemudian mulai  merayu  manusia.  Sangat  banyak  dari  mereka  yang  mengikutinya menuju kehancuran diri mereka sendiri. Rasulullah saw. Bersabda bahwa di Hari  Pengadilan,  dunia  ini  akan  tampak  dalam  bentuk  seorang  nenek  sihir yang seram, dengan mata yang hijau dan gigi bertonjolan. Orang-orang yang melihat  mereka  akan  berkata,  "Ampun!  Siapa  ini?"  Malaikat  pun  akan menjawab, "Inilah dunia yang karnanya engkau bertengkar dan berkelahi serta saling  merusakkan  kehidupan  satu  sama  lain."  Kemudian  wanita  itu  akan dicampakkan  ke  dalam  neraka  sementara  dia  menjerit  keras-keras,  "Oh Tuhan,  di  mana  pencinta-pencintaku  dahulu?"  Tuhan  pun  kemudian  akan memerintahkan agar mereka juga dilemparkan mengikutinya.

Siapa pun yang mau secara serius merenung  tentang keabadian yang  telah lalu,  akan  melihat  bahwa  kehidupan  ini  seperti  sebuah  perjalanan  yang babakannya  dicerminkan  oleh  tahun,  liga-liga  (ukuran  jarak,  kira-kira  sama dengan tiga mil) oleh bulan, mil-mil oleh hari, dan langkah-langkah oleh saat. Kemudian, kata-kata apa yang bisa menggambarkan ketololan manusia yang berupaya untuk menjadikannya  tempat  tinggal abadi dan membuat  rencana-rencana untuk sepuluh  tahun mendatang mengenai apa-apa yang boleh  jadi tak  pernah  ia  butuhkan,  karena  sangat mungkin  ia  sepuluh  hari  lagi  sudah berada di bawah tanah.

Orang-orang  yang  telah  mengumbar  diri  tanpa  batas  dengan  kesenangan-kesenangan dunia  ini, pada  saat  kematiannya  akan  seperti  seseorang  yang memenuhi  perutnya  dengan  bahan  makanan  terpilih  dan  lezat,  kemudian memuntahkannya.  Kelezatannya  telah  hilang,  tetapi  ketidakenakannya tinggal.  Makin  berlimpah  harta  yang  telah  mereka  nikmati taman-taman, budak-budak  laki  dan  perempuan,  emas,  perak  dan  lain  sebagainya  akan makin  keraslah  mereka  rasakan  kepahitan  berpisah  dari  semuanya  itu. Kepahitan  ini  akan  terasa  lebih  berat  dari  kematian,  karena  jiwa  yang telah menjadikan  ketamakan  sebagai  suatu  kebiasaan  tetap  akan  menderita  di dunia yang akan datang akibat kepedihan nafsu-nafsu yang tak terpuasi.

Sifat  berbahaya  lainnya  dari  benda-benda  duniawi  adalah  bahwa  pada mulanya mereka  tampak sebagai sekadar hal-hal sepele,  tetapi hal-hal yang dianggap  sepele  ini  masing-masing  bercabang  tak  terhitung  banyaknya sampai  menelan  seluruh  waktu  dan  energi  manusia.  Isa  a.s.  bersabda: "Pencinta  dunia  ini  seperti  seseorang  yang  minum  air  laut;  makin  banyak minum,  makin  hauslah  ia  sampai  akhirnya  mati  akibat  kehausan  yang  tak terpuasi," Rasulullah saw. bersabda: "Engkau tak bisa lagi bercampur dengan dunia tanpa terkotori olehnya, sebagaimana engkau tak bisa menyelam dalam air tanpa menjadi basah".

Dunia  ini  seperti sebuah meja  yang  terhampar bagi  tamu-tamu  yang datang dan  pergi  silih  berganti.  Ada  piring-piring  emas  dan  perak,  makanan  dan parfum yang berlimpah-limpah. Tamu yang bijaksana makan sebanyak yang ia  butuhkan,  menghirup  harum-haruman,  mengucapkan  terima  kasih  pada tuan  rumah,  lalu  pergi.  Sebaliknya  tamu-tamu  yang  tolol  mencoba  untuk membawa beberapa piring emas dan perak hanya dengan akibat  semua  itu direnggutkan  dari  tangannya  dan  ia  pun  dicampakkan  ke  dalam  keadaan kecewa dan malu.
Akan  kita  tutup gambaran  tentang  sifat-menipu dunia dengan  contoh pendek berikut  ini.  Misalkan  sebuah  kapal  akan  sampai  pada  sebuah  pulau  yang berhutan lebat. Kapten kapal berkata kepada para penumpang bahwa ia akan berhenti  selama  beberapa  jam  di  sana,  dan mereka  boleh  berjalan-jalan  di pantai sebentar, tetapi memperingatkan mereka agar tidak terlalu lama. Maka para  penumpang  pun  turun  dan  bertebaran  ke  berbagai  arah.  Meskipun demikian,  orang  yang  paling  bijaksana  akan  segera  kembali,  menemukan bahwa  kapal  itu  kosong,  lalu  memilih  tempat  yang paling nyaman di dalamnya. Kelompok penumpang  yang  kedua  menghabiskan  waktu  yang agak  lebih  lama  di  pulau  tersebut,  mengagumi  dedaunan,  pepohonan  dan mendengarkan  nyanyian  burung-burung.  Ketika  kembali  ke  kapal  mereka temui  tempat-tempat  yang  paling  nyaman  di  kapal  tersebut  telah  terisi  dan terpaksa  puas  dengan  tempat  yang  agak  kurang  nyaman. Kelompok  ketiga berjalan-jalan  lebih  lauh  lagi dan menemukan batu-batu berwarna yang amat indah,  lalu  membawanya  kembali  ke  kapal.  Keterlambatan  itu  memaksa mereka  untuk  mendekam  jauh  di  bagian  paling  rendah  kapal  itu,  tempat mereka  dapati  batu-batuan  yang  mereka  bawa yang  ketika  itu  telah kehilangan  segenap  keindahannya  mengganggu  mereka  di  perjalanan. Kelompok terakhir berjalan-jalan sedemikian jauh sehingga tak bisa dijangkau lagu  oleh  suara  kapten  kapal  yang  memanggil  mereka  untuk  kembali  ke kapal.  Sehingga  kapal  itu  pun  akhirnya  terpaksa  berlayar  tanpa  mereka.Mereka  luntang-lantung  dalam  keadaan  tanpa  harapan  dan  akhirnya  mati kelaparan, atau menjadi mangsa binatang buas.

Kelompok  pertama  mencerminkan  orang-orang  beriman  yang  sama  sekali menjauhkan  diri  dari  dunia,  dan  kelompok  yang  terakhir  adalah  kelompok orang  kafir  yang  hanya  mengurusi  dunia  ini  dan  sama  sekali  tidak mengacuhkan yang akan datang. Dua kelompok di antaranya adalah orang-orang  yang masih mempunyai  iman,  tapi menyibukkan  diri mereka,  sedikit atau banyak, dengan kesiasiaan benda-benda sekarang.

Meskipun telah kita katakan banyak hal yang menentang dunia, mesti diingat bahwa ada beberapa hal di dunia ini yang tidak termasuk di dalamnya, seperti ilmu dan amal baik. Seseorang membawa bersamanya  ilmu yang  ia miliki ke dunia  yang  akan  datang  dan,  meskipun  amal-amal  baiknya  telah  lampau, efeknya  tetap  tinggal  dalam  pribadinya.  Khususnya  dengan  ibadah  yang menjadikan orang terus-menerus ingat dan cinta kepada Allah. Semuanya ini termasuk "hal-hal yang baik", dan sebagaimana difirmankan dalam al-Quran, "tidak akan hapus."

Ada  hal-hal  lainnya  yang  baik  di  dunia  ini,  seperti  perkawinan,  makanan, pakaian  dan  lain  sebagainya,  yang  oleh  orang  yang  bijaksana  digunakan sekadarnya untuk membantunya mencapai dunia yang akan datang. Benda-benda  lain yang memikat pikiran yang menyebabkan setia kepada dunia  ini dan  ceroboh  tentang  dunia  lain,  adalah  benar-benar  kejahatan  dan disebutkan  oleh  Rasulullah  saw.  dalam  sabdanya:  "Dunia  ini  terkutuk  dan segala sesuatu yang terdapat di dalamnya juga terkutuk, kecuali zikir kepada Allah dan segala sesuatu yang mendukung perbuatan itu."

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Science of Mantiq

Wibawa/Kewibawaan